Pernikahan adalah saat-saat yang membahagiakan. Ikrar “peresmian” cinta tersebut menjadi harapan bahagia semua orang. Namun, kalau prosesi pernikahan dijadikan daya tarik wisata, mungkin hal ini hanya ada di daerah Bangka.
Kawin Hederak kini telah menjadi agenda tahunan Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan. Pelaksanaannya biasa dilakukan setelah hari besar Islam, Idul Adha, atau setelah panen lada. Dan, kegiatan ini oleh masyarakat setempat dianggap bergengsi. Oleh karena itu, dengan mengedepankan nilai kebersamaan, banyak pasangan yang rela menunggu berbulan-bulan demi mengikuti Kawin Hederal untuk mengucap akad nikah.
Pemerintah Provinsi Bangka Belitung berkeinginan menjadikan pernikahan sebagai salah satu aset wisata di sana. Pastinya pernikahan ini ada sisi uniknya. Di dalam adat sebagian masyarakat Bangka ada kegiatan rutin nikah massal yang disebut “Kawin Hederek”. Wilayah yang masih mempertahankan budaya ini adalah masyarakat Desa Serdang, Kecamatan Toboali, Kabupaten Bangka Selatan.
Kawin Hederak kini telah menjadi agenda tahunan Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan. Pelaksanaannya biasa dilakukan setelah hari besar Islam, Idul Adha, atau setelah panen lada. Dan, kegiatan ini oleh masyarakat setempat dianggap bergengsi. Oleh karena itu, dengan mengedepankan nilai kebersamaan, banyak pasangan yang rela menunggu berbulan-bulan demi mengikuti Kawin Hederal untuk mengucap akad nikah.
Dalam sekali pelaksanaan, nikah massal bisa diikuti ratusan pasangan. Mereka dibekali dengan busana adat, dan pernikahannya juga memakai adat setempat. Meskipun para pasangan dipermudah untuk pernikahannya, mereka tetap diminta sebelumnya melakukan tertib administrasi ke instansi yang terkait seperti Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.
Seperti dikutip Tourism News, Kawin Hederak 2012 rencananya dihelat Oktober ini. Targetnya sekitar 300 pasangan. Dan, pelaksanaannya akan disatukan pada acara Bangka Tengah Heritage
Fauzan Rishadi
08:53
New Google SEO
Bandung, IndonesiaKawin Hederak, Nikah Massal yang Jadi Aset Budaya Masyarakat Bangka
Posted by Bangka Belitung Negeri Serumpun Sebalai on Tuesday 23 October 2012
Tahun-tahun 70-an masih sering “kereto surung” masuk ke daerah desa seperti desa kakek dan nenek saya Desa Teru, kec. simpang katis . Biasanya penjual kayu api, atau arang membawa dagangan nya ke pasar. Menurut Mary F.Somers Heidhues dalam Bukunya “Timah Bangka dan Lada Mentok” mengutip Van Den Bogaart mengatakan bahwa, orang Tionghoa mengangkut batang-batang timah dengan gerobak tangan dari kayu dan menghindari lokasi-lokasi terpencil dimana timah mungkin harus dipikul dalam jarak yang sangat jauh.
Pada Th.1830, Boggart menggambarkan alat transportasi tangan ini dalam sebuah buku hal.42, Bogaart menulis: “Gerobak Tionghoa digunakan secara luas di Bangka dan satu model gerobak ini ada di Museum Jakarta sebagai contoh dari Budaya orang Bangka asli”.
Cf Helbig (1940), hal 190, yang mencatat gerobak di seluruh Bangka dan Belitung, yang tidak dijumpai di wilayah Indonesia lainnya. Dalam kunjungannya ke Hindia pada tahun 1896, Raja Chulalongkorn dari Siam, mampir ke Mentok dan mencatat dalam catatan hariannya, tentang gerobak sebagai alat transportasi barang, Membedah Cerita Kereto Surung Sepeda Asli Budaya Bangka
Kesawattana (1987) hal. 18-19 (Dr.Cl.Salmonmemberi rujukan ini). Belanda dengan bergairah menyebut kendaraan ini “piepkar”, yang tidak pernah diminyaki dan mengingatkan orang Eropa tentang cicitan suara babi. Gerobak tangan Tionghoa berbeda dengan gerobak Barat karena beratnya ditopang roda, bukan di lengan orang yang mendorong.
Jadi kereto surung ini memang kendaraan orang Tionghoa di Bangka jaman dulu, yang awalnya merupakan alat bantu angkut secara luas, ketika melakukan penambangan timah. Dalam perkembangannya alat angkut ini menjadi serbaguna, baik untuk pertambangan maupun kehidupan sehari-hari. Akhirnya digunakan secara umum oleh orang Bangka hingga sampai sekarang masih digunakan, Membedah Cerita Kereto Surung Sepeda Asli Budaya Bangka.
Fauzan Rishadi
12:31
New Google SEO
Bandung, Indonesia