![]() |
Kain Cual Bangka Belitung |
Sempat
dianggap kuno selepas kemerdekaan Republik Indonesia, Cual, kain tradisional
masyarakat Bangka Belitung kembali dilirik, naik pamor bahkan dibajak. Usianya
tua, hampir seabad lebih. Dulunya, dipergunakan sebagai pakaian kebesaran di
kalangan bangsawan, pakaian pengantin, pakaian yang dipakai pada hari kebesaran
dan acara adat lainnya.
Proses
tenun dan pembuatannya sangat rumit. Bahan-bahannya pun terbilang mahal, sebab
ada corak benang emas seberat 18 karat yang diikatkan di kainnya. Bagi yang
terampil perlu sekitar satu minggu untuk menyelesaikan satu produk kain. Lain
bagi pemula yang perlu satu bulan, untuk hasil tenun kain seukuran dua meter.
Bahkan
untuk kualitas satu (sehelai benang pakan) berbahan baku sutra tanpa campuran
dibutuhkan waktu pengerjaan satu hingga empat bulan. Selain sutra, perajin juga
mempergunakan bahan dasar polyster, sutra campur katun, serta kayu dan benang
emas.
Cual,
warisan leluhur orang melayu pada dasarnya adalah kain tenun seperti songket,
Bewarna cerah dan menyala khas kain tradisional melayu. Terkadang mirip dengan
kain songket Palembang. Namun Cual lebih luwes, halus dan memiliki banyak
lengkungan serta selalu dihiasi motif flora dan fauna. Warna celupan benangnya
bahkan tidak akan berubah. Motif gambar bunga mawar, teratai, nanas, burung,
ikan, kupu-kupu itu akan timbul dari kejauhan bila dipandang.
Seiring
perkembangan teknologi, selain ditenun, ia juga dicetak. Hal ini untuk
mengantisipasi permintaan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Maklum
trend batik Cual, tidak saja bersenandung di lokal, namun sudah
meng_internasional pula. Kini beberapa motifnya bahkan ada telah dimodifikasi
dibajak oleh beberapa industri kain dan garmen. Motif-motif itu kemudian
diproduksi massal melalui teknologi printing, bukan ditenun seperti aslinya.
Motif
bajakan itu sempat beredar di Jakarta dan kota besar lainnya. Alhasil perajin
lokal Bangka Belitung pun tak bisa berkutik. Outlet perajin pun sempat
mengalami penurunan omzet. Ditambah lagi dengan tiada Hak Paten membuat
persaingan makin tidak menentu. Namun trend orisinalitas, kembali pada tenun
asli membuat keadaan itu tidak berlangsung lama. Orang ternyata lebih suka pada
kain yang ditenun.
Untuk
menghindari pencurian motif serta pembajakannya, sejumlah perajin lokal lalu
mengurus hak paten. Perajin lokal seperti Koperasi Tenun Cual Maslina Yazid
misalnya telah mematenkan motif Kembang Kenanga, Bebek dan K.Sumping,
Ubur-ubur, Merak, Gajah Mada 2003, K.Setangkai dan K.Rukem, Bebek Setaman,
K.Rukem Berantai dan K. Setaman. Berkat keindahan motif tersebut, Ibu Negara
Ani Bambang Yudhoyono pun sempat membeli kain cual motif kuno karya perajin
asal Bangka ini pada kesempatan pameran di Jakarta beberapa waktu silam.
Soal
harga kain tenun cual sangat bervariatif tergantung kualitas dari kain tersebut
dan jumlah benang yang digunakan. Untuk kualitas nomor satu biasanya
menggunakan satu helai benang sehingga pengerjaannya lebih lama namun kualitas
yang dihasilkan sangat memuaskan yaitu kain lebih halus. Untuk kualitas kain
tenun nomor satu harga yang ditawarkan mulai dari Rp.7 juta hingga Rp.18 juta
sedangkan kualitas nomor dua sekitar Rp.2,5 juta hingga Rp.5 juta ke atas,
untuk kelas nomor tiga harga berkisar Rp.1,2 juta sampai Rp.1,8 juta.
Orang
Bangka kini tampaknya mulai sadar akan warisan budaya ini. Menurut Gubernur,
Kerajinan kain cual merupakan simbol kebudayaan Melayu di Provinsi Bangka
Belitung (Babel) yang harus tetap dilestarikan dan dikembangkan.
"Kerajinan kain cual ini adalah kebudayaan lama yang merupakan simbol
Melayu yang harus dilestarikan menjadi kerajinan khas masyarakat `Serumpun sebalai
ini`," kata Gubernur Babel, Eko Maulana Ali suatu ketika.
Harus
ada kesadaran yang tinggi dalam melestarikan budaya, adat melayu dan simbolnya.
Menurutnya, kerajinan khas Babel seperti kerajinan kain cual saat ini sudah
dikenal masyarakat baik secara nasional dan internasional sehingga pengembangan
kerajinan cual harus mendapat perhatian bersama. "Kerajinan kain cual ini
perlu dilestarikan sebagai kerajinan rakyat yang sudah membudaya secara temurun
di Babel," ujarnya.
"Kain
cual Babel telah dikenal dan digunakan desainer-desainer ternama nasional
bahkan wisatawan luar negeri pecinta kain pun tidak sedikit menyatakan
ketertarikan kain cual Babel sehingga kerajinan kain cual Babel harus terus di
dukung agar dapat semakin maju dan berkembang," katanya lagi.
Untuk
itulah tak heran bila pada Oktober 2008 silam, desainer ternama Oscar Lawalata
bersedia membantu dalam pembuatan desain baru bernuansa moderen pada kain cual
khas Bangka Belitung. menurut Oscar, desain kain cual hasil peninggalan nenek
moyang dulu sudah sangat bagus, namun seiring perjalanan waktu perlu ada
kreasi-kreasi baru sesuai selera orang sekarang.
Thanks for reading & sharing Bangka Belitung Negeri Serumpun Sebalai
0 komentar:
Post a Comment